Minggu, 19 Februari 2017

analisis 7 puisi dari tujuh tokoh

Analisis 7 puisi dari tujuh tokoh
Kepada Kawan

Sebelum Ajal mendekat dan mengkhianat,
mencengkam dari belakang ‘tika kita tidak melihat,
selama masih menggelombang dalam dada darah
serta rasa,

belum bertugas kecewa dan gentar belum ada,
tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam,
layar merah berkibar hilang dalam kelam,
kawan, mari kita putuskan kini di sini:
Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri!

Jadi
Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan,
Tembus jelajah dunia ini dan balikkan
Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu,
Pilih kuda yang paling liar, pacu laju,
Jangan tambatkan pada siang dan malam
Dan
Hancurkan lagi apa yang kau perbuat,
Hilang sonder pusaka, sonder kerabat.
Tidak minta ampun atas segala dosa,
Tidak memberi pamit pada siapa saja!
Jadi
Mari kita putuskan sekali lagi:
Ajal yang menarik kita, ‘kan merasa angkasa sepi,
Sekali lagi kawan, sebaris lagi:
Tikamkan pedangmu hingga ke hulu
Pada siapa yang mengairi kemurnian madu!!!

30 November 1946

Makna : Ajakan untuk terus berjuang sampai titik penghabisan, dengan berusaha apapun akan bisa diatasi.

MESIN PENGHANCUR DOKUMEN

Ayo, minumlah. Tidak. Saya tidak sedang es kelapa muda. Makanlah kalau begitu, tolonglah. Tidak. Saya tidak sedang nasi rames. Masuklah ke kamar mandi saya, tolonglah kalau tidak haus, kalau tidak lapar, kalau bosan makan. Perkenankan aku memberikan keramahan padamu, untuk seluruh kerinduan yang menghancurkan egoku. Bagaimana aku bisa keluar kalau kamu tidak masuk.
Kamu bisa mendengar kamar mandiku memandikan tata bahasa, di tangan penggoda seroang penyiar TV. Perkenankan aku membimbing tanganmu. Masuklah di sini yang di sana. Masakini yang di masalalu. Masuklah kalau kamu tak suka tata bahasa. Tolonglah kalau begitu, ganti bajumu dengan bajuku. Mesin cuci telah mencucinya setelah aku mabuk, setelah aku menangis, setelah aku bunuh diri 12 menit yang lalu. Bayangkan tubuhku dalam baju kekosongan itu. Tolonglah bacakan kesedihan-kesedihanmu:
“kemarin aku bosan, hari ini aku bisan, besok akan kembali lagi bosan yang kemarin,”
Tolonglah, aku hanya seseorang pelancong yang meledak dalam sebuah kamus. Sebuah puisi murung dalam mayat seorang penyair.
Tolonglah, tidurkan aku dalam kesunyianmu yang tak terjemahkan. Mesin penghancur dokumen yang sendiri dalam kisah-kisahmu.
(*)

Puisi By, Afrizal Malna

Makna :
 Penyampaian yang tidak pernah tersampaikan atau suara minor-minor yang terhalang oleh orang teratas.

Akulah Si Telaga
akulah Si Telaga
berlayarlah di atasnya
berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil
yang menyerakkan bunga-bunga pantai
berlayarlah sambil memandang harunya cahaya
sesampai di seberang sana
tinggalkan begitu saja perahu
biar aku yang menjaganya
Karya : Sapardi Djoko Darmono

Makna :
kita diajarkan untuk bersyukur dan selalu mengingat kebaikan yang telah diberikan / memberikan.

Di Tepi Pantai

Ombak berderai di tepi pantai,

Angin berembus lemah-lembut.

Puncak kelapa melambai-lambai,

di ruang angkasa awan bertabut.


Burung terbang melayang-layang,

serunai berlagu alangkah terang.

Bersuka raya bersenang-senang,

lautan haru hijau terbentang.


Asap kapal bergumpal-gumpal,

melayari tasik, Jawa segara.

Duduklah beta berhati kesal,

melihat perahu menuju Samudera.


Pikiranku melayang entah ke mana,

sekali ke Timur sekali ke Utara.

Mataku memandang jauh ke sana,

lampaulah air dengan udara.


Pikiran nan lama datang kembali,

menggoda kalbu menyusahkan hati.

Mengingatkan untung tiada seperti,

ke manakah nasib membawa diri.


Ombak mengempas di atas batu,

bayu merayu menyeri-nyeri.

Riak riuhnya mendatangkan rindu,

terkenangkan tuan aduhai, puteri.


Karya : Amir Hamzah

Makna : 
 Menceritakan keindahan di tepi pantai pada saat itu dan menceritakan kehidupan yang tidak menentu.


Lagu Serdadu
Ws Rendra

Kami masuk serdadu dan dapat senapang
ibu kami nangis tapi elang toh harus terbang.
Yoho, darah kami campur arak!
Yoho, mimpi kami patung-patung dari perak!

Nenek cerita pulau-pulau kita indah sekali.
Wahai, tanah yang baik untuk mati!
Dan kalau ku telentang dengan pelor timah
cukillah ia bagi putraku di rumah.

Makna : 



DUKA
kepada Chairil Anwar

manakah lebih sedih?
nenek terhuyung tersenyum
jelma sepi abadi
takkan bertukar rupa

atau petualang muda sendiri?
gapaian rindu tersia-sia
tak sanggup hidup rukun
antara anak minta ditayang

sekali akan tiba juga
takkan ada gerbang membuka
hanya jalan merentang
sungguh sayang cinta sia-sia

manakah lebih sedih?
nenek terhuyung tersenyum
atau petualang mati muda
mengumur duka telah dinujum


Karya : Sitor Situmorang


Makna : 

 Seperti kata pepatah sepintar-pintar tupai meloncat pasti jatuh juga artinya biar pintar seseorang sembunyi pasti akan ketahuan kurang lebih seperti itu dan bait kedua merupakan untuk mengajarkan kita untuk bersyukur apa adanya dan syukuri apa yang ada.

Do'a Mempelai



Malam ini aku akan berangkat mengarungimu.
Perjalanan mungkin akan panjang berliku
dan nasib baik tidak selalu menghampiriku
tapi insyaallah suatu saat
bisa kutemukan sebuah kiblat


di ufuk barat tubuhmu.

Makna :
 mengajarkan kita bahwa hidup itu tidak semudah membalik kan telapak tangan di dalam hidup harus mempunyai rasa tanggung jawab dan siap naik turun di dalam kehidupan.



Definisi puisi 1 :


 Puisi adalah gaya hidup seseorang mengungkap kan pendapat nya tentang gaya hidup nya selama di dunia dengan menyusun kata-kata dan di tuliskan dengan bahasa yang berbeda-beda seperti irama, mantra dan lain-lain.


Definisi puisi 2 :


 Menceritakan kehidupan dan membuat hidup bahagia dengan karya yang di tuliskan di kertas putih yang membuat kepuasan tersendiri terhadap diri sendiri.
analisis 7 puisi dari tujuh tokoh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar